Cari Blog Ini

Jumat, 29 Oktober 2010

Konfigurasi file “smb.conf”

File konfigurasi utama untuk Samba server ini adalah “/usr/local/samba/lib/smb.conf”, dimana kita dapat menentukan direktori yang ingin kita akses dari komputer Windows, IP address mana yang diijinkan, dsb. Pada file ini juga terdapat banyak sekali option (pilihan). Untuk informasi lebih lanjut tentang berbagai setting dan parameter dapat dilihat di dokumentasi Samba.
Konfigurasi yang akan kita bahas di bawah adalah file konfigurasi minimal Samba yang mendukung password terenkripsi. Kita harus terlebih dahulu mengkopikan file konfigurasi default lalu mengeditnya sesuai dengan yang kita inginkan :
# cd /usr/local/samba/examples
# cp smb.conf.default /usr/local/samba/lib
# cd /usr/local/samba/lib
# mv smb.conf.default smb.conf
# pico smb.conf

workgroup= SMKTI
Isilah dengan workgroup server kita, yang akan tampak saat diminta oleh klien. Klien dan server harus mempunyai workgroup yang sama.

server string= Samba Server
Option ini akan menampilkan string yang akan ditampilkan pada user dalam comment box print manager, atau pada koneksi IPC pada bagian “net view” pada komputer Windows.

encrypted password= True

Jika option ini diset “True”, Samba akan menggunakan password terenkripsi bukan menggunakan password berbentuk teks sederhana saat berhubungan dengan klien. Password terenkripsi ini tidak akan bisa dideteksi dengan sniffer. Untuk keamanan sebaiknya option ini diset “True”.

security= user
Bila option security ini diisi dengan “user”, klien harus masuk (log-on) dengan username dan password yang benar, jika tidak, koneksi akan diputus (connection refused). Hal ini berarti bahwa username dan password yang benar harus terdapat pada file “/etc/password” sistem Linux dan file “/etc/smbpasswd” pada Samba server, jika tidak koneksi dari klien akan gagal.


smb passwd file= /etc/smbpasswd
Option ini menentukan letak file “smbpasswd” terenkripsi. File “smbpasswd ini merupakan kopi dari file “/etc/passwd” sistem Linux yang berisi username dan password yang valid agar bisa terkoneksi dengan Samba server. Samba server akan membaca file ini (smbpasswd) saat ada permintaan koneksi.

log file= /var/log/samba/log.%m
Option ini menyatakan letak file log yang dicatat Samba. Dengan ekstensi %m kita dapat membuat file log yang terpisah untuk masing-masing user atau mesin yang log-on pada Samba server.

socket options= IPTOS_LOWDELAY TCP_NODELAY
Dengan option ini kita dapat menentukan paramater-parameter konfigurasi Samba untuk meningkatkan performansi Samba. Secara default, koneksi untuk jaringan lokal dibuat maksimal, dan meningkatkan performansi Samba server dalam transfer file.

domain master= Yes
Option ini untuk mengeset Samba server daemon “nmbd” sebagai domain master browser untuk group yang telah ditentukan. Option ini biasanya harus diset “Yes” hanya dalam satu Samba server untuk keseluruhan Samba server yang lain pada workgroup dan jaringan yang sama.

local master= Yes
Dengan option di atas, Samba server daemon, nmbd, akan mencoba untuk menjadi domain master browser pada workgroup yang telah ditentukan.

preferred master= Yes
Option “preferred master” akan menentukan dan mengontrol jika “nmbd” dibuat sebagai master browser untuk workgroup yang bersangkutan.

os level= 65
Dengan mengatur nilai os level, nmbd dapat menjadi master browser lokal untuk workgroup pada daerah broadcast lokal. Jika terdapat NT server pada jaringan kita, dan kita ingin agar Samba server Linux menjadi browser lokal untuk workgroup pada broadcast lokal maka option di atas harus diisi 65. Ingat option ini hanya untuk satu Linux Samba server.

dns proxy= No
Bila diset “yes” , Samba server daemon “nmbd” ketika menjadi sebuah WINS server dan nama Net BIOS belum teregistrasi, maka ia harus memperlakukan nama Net BIOS kata demi kata sebagai nama DNS. Jika kita belum pernah mengkonfigurasikan Samba sebagai WINS Server, kita tidak usah membuat option ini “Yes”. Dengan memilih “Yes” juga akan dapat mengurangi performansi Samba.

name resolve order= lmhosts host bcast
Option ini menyatakan nama servis yang dipakai untuk mengubah hostname ke IP address. Pilihan di atas akan menyebabkan file “lmhosts” lokal Samba akan dituju terlebih dahulu.

bind interfaces only= True
Jika option ini diset “True”, kita dapat membatasi interface-interface yang melayani permintaan “smb”. Sebaiknya option ini diset demikian untuk keamanan.

interfaces= eth0 192.168.1.1
Option di atas berguna untuk menentukan jenis interface yang digunakan Samba server saat digunakan browsing dan registrasi nama, pada contoh di atas yakni eth0 dengan IP address 192.168.1.1. Defaultnya, Samba akan mengecek semua device pada kernel.

hosts deny= ALL
Kita dapat menentukan host-host yang tidak boleh mengakses Samba. Secara default kita melarang akses dari seluruh host, dan mengijinkan akses untuk host-host tertentu yang didefinisikan pada “hosts allow” di bawah ini.

hosts allow= 192.168.1.4 127.0.0.1
Host-host yang diijinkan untuk mengakses Samba server didefinisikan pada bagian ini, pada contoh di atas kita mengijinkan host dengan IP 192.168.1.4 dan localhost 127.0.0.1.

debug level= 1
Di sini kita dapat menentukan level log pada file “smb.conf”. Sebaiknya “debug level” ini tidak lebih dari 2, karena server akan log file yang tidak perlu setelah melakukan operasi sehingga akan menurunkan performansi.

create mask= 0644
Option “create mask” akan menset permisi-permisi yang penting yakni bila terjadi mapping dari DOS ke permisi UNIX. Jika dibuat 0644, semua file yang dibuat atau dikopi dari WINDOWS ke sistem UNIX akan mempunya permisi 0644 secara default (untuk lebih jelasnya dibahas pada bagian sistem opersai Linux).

directory mask= 0755
Mirip seperti di atas, hanya ini berlaku untuk semua direktori yang dikopi atau dibuat dari Windows ke sistem UNIX akan mempunyai permisi default 0755.

level2 oplocks= True
Jika option ini dibuat “True”, akan meningkatkan keandalan file-file akses yang tidak umum ditulis seperti file-file aplikasi .EXE.

read raw= no
Ini berguna untuk menentukan apakah Samba server akan mendukung permintaan raw read SMB saat mentransfer data pada klien. Agar mapping memory lebih efektif, sebaiknya option ini dibuat “no”.

write cache size= 262144
Option ini akan membuat Samba meningkatkan keandalan sistem jika terjadi kemacetan disk subsystem. Nilai option ini dinyatakan dalam byte (262144=256k)
comment= Temporary File Space
Option ini untuk menyatakan komentar yang akan terlihat saat ada permintaan klien ke server.
path= /tmp
Kita dapat menentukan direktori mana user service ini diberikan akses.
read only= No
Maksud option di atas adalah kita dapat menentukan apakah user hanya dapat membaca file atau tidak. Jika diisi “No” user tidak hanya dapat mebaca file saja.
valid user= admin
Option ini berisi daftar user yang diijinkan login. Pada contoh di atas user “admin” diijinkan untuk akses.
invalid users= root bin daemon nobody named sys tty disk mem kmem users
Option “invalid users” berisi daftar yang tidak diijinkan login yang biasanya user “paranoid”. Sebenarnya hal ini hanya untuk memastikan setting yang tidak benar dan dapat membahayakan dari segi keamanan.
by:dikmenjur

1 komentar: